PALEMBANG, cimutnews.co.id — Sebanyak 100 siswa dari berbagai SMA dan sederajat di Sumatera Selatan akan mengikuti program retret pelajar bertajuk Laskar Satria Pandu, yang akan dimulai pada Rabu (2/7/2025). Program ini digagas langsung oleh Gubernur Sumsel, Dr. H. Herman Deru, sebagai langkah strategis membangun karakter generasi muda Sumsel.
Kepastian pelaksanaan retret ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Selatan, Edward Candra, pada Minggu (29/6). Ia memastikan bahwa seluruh persiapan teknis telah rampung.
“Insyaallah Rabu, 2 Juli nanti retret dimulai. Tahap awal akan diikuti 100 siswa. Persiapan di Bumi Perkemahan Gandus sudah kami tinjau dan siap secara fisik. Perlengkapan siswa dan pelatih pun sudah lengkap,” ujar Edward.
Komitmen Bangun SDM dengan Pendekatan Humanis
Retret ini, kata Edward, merupakan wujud komitmen Gubernur Herman Deru dan Wakil Gubernur Mawardi Yahya (Cik Ujang) dalam memperkuat pembangunan sumber daya manusia Sumsel melalui pendekatan pendidikan karakter yang humanis dan edukatif.
“Program ini tidak hanya menekan kenakalan remaja, tapi juga mencetak pemuda tangguh, berintegritas, dan siap menjadi pemimpin masa depan. Ini adalah investasi jangka panjang untuk menghadapi bonus demografi 2030–2040,” jelasnya.
Respons atas Fenomena Sosial Remaja
Program ini lahir dari keprihatinan terhadap meningkatnya kasus kenakalan remaja, seperti bullying, tawuran, penyalahgunaan narkoba, hingga geng motor. Pemerintah Provinsi Sumsel menilai penanganan tidak cukup hanya bersifat represif, tetapi harus menyentuh akar masalah, yakni mentalitas dan arah hidup remaja.
Dalam pelaksanaannya, para peserta akan mendapatkan pembinaan kepanduan, kepramukaan, disiplin, serta sesi refleksi nilai-nilai hidup, dengan pendekatan yang personal dan membangun, bukan menghukum.
“Siswa yang ikut wajib dapat izin orang tua. Bagi yang terindikasi menyimpang akan diberi pembinaan khusus. Tapi semua peserta diperlakukan setara, tanpa stigma,” ujar Edward.
Gabungan Pendekatan Kuratif dan Preventif
Berbeda dari program serupa di daerah lain, retret Laskar Satria Pandu menerapkan dua pendekatan terpadu: kuratif dan preventif. Siswa berprestasi dilibatkan untuk penguatan moral dan mental sejak dini, sementara siswa bermasalah dibina melalui pendekatan rehabilitatif yang penuh empati.
“Program ini inklusif. Bukan hanya untuk mereka yang bermasalah, tapi juga siswa unggulan. Semuanya dipersiapkan untuk tetap berada di jalur positif,” katanya.
Kolaborasi Lintas Sektor
Retret ini melibatkan berbagai unsur, termasuk Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Biro Kesra, Kepolisian, TNI, psikolog pendidikan, tokoh agama, guru BK, kepala sekolah, hingga relawan karakter dan fasilitator pelatihan.
Edward juga menegaskan bahwa program ini merupakan inisiatif orisinal Gubernur Sumsel, bukan duplikasi dari program di daerah lain. Meskipun memiliki semangat serupa dengan program pembinaan remaja di Jawa Barat, retret ini memiliki ciri khas lokal Sumsel dan visi jangka panjang yang kuat.
“Siswa tidak dibawa ke barak seperti di tempat lain. Di Sumsel, mereka akan dibina di Bumi Perkemahan Gandus. Ini konsep yang membumi dan mendidik tanpa intimidasi,” pungkasnya.
Bersifat Berkelanjutan
Program retret Laskar Satria Pandu akan digelar secara berkelanjutan dan menyasar seluruh kabupaten/kota di Sumsel. Para peserta nantinya akan menjadi agen perubahan, sekaligus pelopor karakter positif di lingkungan sekolah dan masyarakat.
(Poerba)