
Kepulauan Aru, cimutnews.co.id — Aksi damai mewarnai kawasan Pelabuhan Yos Sudarso Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Selasa (28/10/2025). Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Dobo turun ke jalan menyuarakan aspirasi terkait kebijakan tarif over bagasi dan pengelolaan sampah kapal milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI).
Dari hasil pantauan tim cimutnews.co.id, massa aksi mulai berkumpul di depan terminal penumpang pelabuhan sejak pukul 09.00 WIT. Mereka membawa spanduk bertuliskan penolakan terhadap pemberlakuan tarif tambahan bagasi yang dinilai memberatkan penumpang kapal PELNI, khususnya masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang kerap menggunakan jasa transportasi laut tersebut.
Aksi berlangsung damai dan tertib. Para mahasiswa berorasi bergantian, menyuarakan tuntutan agar pihak PT PELNI Cabang Dobo membatalkan kebijakan over bagasi yang dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil.
Kepala PELNI Dobo Tanggapi Langsung Aksi Mahasiswa
Menariknya, aksi mahasiswa ini mendapat perhatian langsung dari Kepala PT PELNI Cabang Dobo, Ibrahim, yang turun ke lokasi menemui peserta aksi. Ia dengan tenang mendengarkan aspirasi yang disampaikan dan memberikan penjelasan terkait kebijakan perusahaan tersebut.
“Kami pihak PT PELNI Cabang Dobo tidak bisa mengambil keputusan tanpa sepengetahuan Direksi pusat. Semua kebijakan, termasuk soal tarif over bagasi, merupakan keputusan Direksi PT PELNI (Persero),” ujar Ibrahim kepada peserta aksi.
Ia menjelaskan bahwa tarif over bagasi diberlakukan berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT PELNI Nomor 06.17/02/SK/HKO.001/2025 tertanggal 17 Juni 2025 tentang Tata Kelola Barang Bawaan (Bagasi) Penumpang PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero).
Dalam surat keputusan tersebut disebutkan bahwa setiap penumpang mendapat jatah bagasi gratis hingga 40 kilogram. Apabila barang bawaan melebihi batas tersebut, maka akan dikenakan biaya tambahan sesuai dengan tarif dasar yang telah ditetapkan oleh manajemen pusat.
“Kebijakan ini berlaku di seluruh cabang PELNI di Indonesia, bukan hanya di Dobo. Kami di cabang hanya melaksanakan aturan yang sudah ditetapkan oleh Direksi,” tegas Ibrahim.
Tentang Isu Pembuangan Sampah Kapal
Selain menyoroti persoalan tarif bagasi, mahasiswa GMNI juga mempertanyakan praktik pembuangan sampah kapal PELNI yang bersandar di Pelabuhan Dobo. Mereka meminta penjelasan mengenai prosedur dan tanggung jawab lingkungan dari perusahaan pelayaran milik negara tersebut.
Menanggapi hal itu, Ibrahim menegaskan bahwa seluruh aktivitas pembuangan sampah kapal telah dilakukan sesuai prosedur dan berizin resmi dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kepulauan Aru.
“Setiap kali kapal PELNI tiba di Pelabuhan Yos Sudarso Dobo, sampah yang dibawa dari pelabuhan sebelumnya seperti Ambon, Tual, dan Papua langsung diangkut oleh truk ke tempat pembuangan yang telah disediakan oleh Pemerintah Daerah,” jelas Ibrahim.
Ia juga menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah membuang sampah secara sembarangan, melainkan sudah melalui koordinasi dan persetujuan DLH setempat.
“Kami berani melakukan pembuangan karena sudah ada izin dan kesepakatan dengan DLH. Bahkan, pembuangan sampah ini tidak gratis, kami membayar biaya distribusi ke DLH sesuai ketentuan yang berlaku,” tambahnya.
Mahasiswa Harap Ada Evaluasi Kebijakan
Sementara itu, perwakilan mahasiswa GMNI Dobo menyampaikan bahwa aksi ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat pengguna jasa transportasi laut. Mereka berharap agar kebijakan tarif over bagasi bisa dievaluasi oleh pihak PELNI pusat demi keadilan bagi penumpang.
Menurut mereka, banyak warga Aru yang mengandalkan kapal PELNI untuk bepergian ke Ambon atau Papua dengan membawa barang-barang kebutuhan pokok. Kebijakan over bagasi dianggap bisa menambah beban ekonomi masyarakat kecil.
“Kami mendukung operasional PELNI karena menjadi urat nadi transportasi di wilayah kepulauan. Tapi kebijakan yang menyentuh masyarakat seharusnya mempertimbangkan kondisi ekonomi daerah, bukan disamaratakan dengan kota besar,” ujar salah satu orator GMNI.
Meski sempat memanas dalam orasi, situasi tetap terkendali berkat pengamanan aparat kepolisian dan komunikasi terbuka antara mahasiswa dan pihak PELNI. Setelah dialog berlangsung, massa aksi membubarkan diri dengan tertib sekitar pukul 12.00 WIT.
PELNI Janji Sampaikan Aspirasi ke Pusat
Sebagai tindak lanjut, Ibrahim berjanji akan menyampaikan aspirasi mahasiswa ke manajemen pusat PT PELNI di Jakarta untuk menjadi bahan evaluasi.
“Kami menghargai aspirasi dari adik-adik mahasiswa. Semua masukan akan kami laporkan ke Direksi agar bisa ditinjau ulang sesuai kondisi lapangan,” ujarnya menutup pertemuan.
Aksi damai ini menjadi contoh positif bagaimana mahasiswa dan pihak perusahaan bisa berdialog secara terbuka tanpa harus menimbulkan gesekan. GMNI Dobo menegaskan bahwa mereka akan terus mengawal isu-isu publik yang menyangkut kepentingan masyarakat Kepulauan Aru, khususnya di sektor transportasi laut dan lingkungan.(Timred/CN)













