Beranda Ekonomi Batik Lintas 5, Jejak Kreatif Warga Binaan Lapas Cipinang di Hari Batik...

Batik Lintas 5, Jejak Kreatif Warga Binaan Lapas Cipinang di Hari Batik Nasional

7
0
Warga Binaan Lapas Kelas I Cipinang tengah membatik dalam program Batik Lintas 5 yang dipamerkan pada peringatan Hari Batik Nasional, Kamis (2/10/2025).

Jakarta, cimutnews.co.id – Peringatan Hari Batik Nasional setiap 2 Oktober selalu menjadi momen refleksi atas kekayaan budaya bangsa. Namun tahun ini, ada yang berbeda dari perayaan tersebut. Di balik jeruji besi, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Cipinang menampilkan sebuah karya yang membuktikan bahwa pemasyarakatan bukan hanya sekadar tempat menjalani hukuman, melainkan juga ruang tumbuh, berkarya, dan bertransformasi.

Melalui brand Batik Lintas 5, karya tangan para Warga Binaan, Lapas Cipinang menegaskan komitmennya membina kemandirian berbasis budaya bangsa. Dengan batik sebagai medium, semangat perubahan dan harapan diwujudkan dalam setiap goresan malam, motif, dan pewarnaan yang sarat makna.

Batik sebagai Simbol Transformasi

Kepala Lapas Cipinang, Wachid Wibowo, menuturkan bahwa karya batik yang dihasilkan Warga Binaan tidak hanya sekadar produk keterampilan, melainkan juga cerminan proses transformasi diri.

“Batik Lintas 5 adalah bukti nyata bahwa pembinaan di lapas bisa menghasilkan karya produktif dan bermakna. Kami ingin masyarakat melihat bahwa Warga Binaan punya semangat untuk berkarya, berkontribusi, dan bangkit kembali,” ujarnya saat ditemui pada peringatan Hari Batik Nasional, Kamis (2/10/2025).

Program membatik ini, jelas Wachid, telah disusun dengan sistem pelatihan intensif. Mulai dari proses pembuatan motif, pencantingan, pewarnaan, hingga tahap finishing, semua dijalani dengan penuh kedisiplinan. Lebih dari sekadar keterampilan teknis, kegiatan ini juga melatih kesabaran, kerja sama, serta konsistensi.

Dari proses panjang tersebut, lahirlah brand Batik Lintas 5, yang menghadirkan motif bernuansa kebangsaan sekaligus mencerminkan nilai-nilai pemasyarakatan: harapan, disiplin, dan kebangkitan.

Dari Balik Jeruji ke Panggung Publik

Batik Lintas 5 kini bukan lagi sekadar program internal pembinaan. Karya-karya para Warga Binaan Lapas Cipinang sudah menembus ruang publik dan diapresiasi masyarakat luas.

Indiansyah Rana, Kepala Bidang Kegiatan Kerja Lapas Cipinang, menyebutkan bahwa Batik Lintas 5 sudah beberapa kali dipamerkan di pusat-pusat perbelanjaan ternama.

“Batik karya Warga Binaan rutin tampil dalam berbagai pameran, mulai dari Pasaraya Grande, Kota Kasablanka, hingga event yang diselenggarakan instansi pemerintah. Kehadiran mereka di ruang publik adalah bukti bahwa pembinaan ini diterima masyarakat dengan positif,” jelasnya.

Pameran tersebut, lanjut Indiansyah, menjadi media untuk memperkenalkan bahwa di balik tembok tinggi lapas, ada proses pembinaan yang nyata dan bermanfaat. Masyarakat tidak hanya bisa melihat hasil karya, tetapi juga memahami bahwa Warga Binaan memiliki peluang untuk memperbaiki diri.

Suara dari Balik Tinta dan Malam

Kisah inspiratif datang dari salah satu Warga Binaan, sebut saja RZ, yang menjadi peserta aktif dalam program membatik. Dengan mata berbinar, ia mengaku bangga bisa terlibat langsung dalam proses kreatif ini.

“Membatik membuat saya fokus dan lebih sabar. Saya bahkan mendapat sertifikat pelatihan sebagai bukti keterampilan yang bisa dipakai setelah bebas nanti. Bagi saya, Batik Lintas 5 adalah jalan untuk berubah dan memperbaiki diri,” ungkapnya dengan penuh haru.

RZ menambahkan, kegiatan membatik bukan hanya aktivitas pengisi waktu, melainkan juga sebuah kesempatan berharga. “Setiap motif yang saya buat, rasanya seperti meninggalkan jejak baru. Saya ingin ketika keluar nanti, saya punya keahlian yang bisa jadi bekal hidup,” tuturnya.

Membatik Sebagai Jalan Kemandirian

Program batik di Lapas Cipinang sejatinya sejalan dengan misi pemasyarakatan modern yang menekankan aspek pembinaan, bukan sekadar penahanan. Kemandirian menjadi salah satu pilar utama, dan membatik dipilih karena mampu mengajarkan keterampilan sekaligus memperkuat kecintaan terhadap budaya bangsa.

Selain itu, batik memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dengan pengelolaan yang tepat, karya Warga Binaan berpotensi menjadi sumber penghasilan. Tidak hanya memberi manfaat bagi mereka, tetapi juga dapat mendukung program pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas.

Apresiasi dan Harapan ke Depan

Kehadiran Batik Lintas 5 mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum hingga lembaga pemerintah. Beberapa koleksi batik bahkan berhasil menarik perhatian pembeli karena motifnya yang unik dan sarat makna.

Ke depan, Lapas Cipinang berkomitmen untuk terus mengembangkan program ini. Salah satunya dengan memperluas jaringan pemasaran, meningkatkan kualitas produk, serta memberikan lebih banyak pelatihan bagi Warga Binaan.

Kalapas Wachid Wibowo menegaskan bahwa pembinaan ini bukanlah program sesaat. “Kami ingin Batik Lintas 5 benar-benar menjadi ikon pembinaan kemandirian. Ini bukan hanya karya, tapi juga jalan menuju kehidupan yang lebih baik,” tegasnya.

Batik, Identitas dan Harapan

Batik telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia sejak 2009. Lebih dari sekadar kain, batik adalah identitas bangsa Indonesia yang sarat filosofi. Melalui motif dan warnanya, batik menceritakan sejarah, nilai, dan jati diri.

Dalam konteks Lapas Cipinang, batik menjadi media transformasi yang sarat simbol. Setiap garis malam yang ditorehkan Warga Binaan, setiap motif yang diciptakan, adalah bentuk perjalanan menuju perubahan. Dari balik jeruji, mereka belajar bahwa harapan selalu ada, bahkan dari hal sederhana seperti sehelai kain batik.

Dengan demikian, Batik Lintas 5 tidak hanya menjadi kebanggaan Lapas Cipinang, tetapi juga contoh nyata bahwa pembinaan berbasis budaya dapat menjadi jalan keluar menuju kemandirian. Hari Batik Nasional kali ini pun semakin bermakna karena menghadirkan kisah tentang perubahan, kreativitas, dan semangat untuk bangkit kembali. (asep)