
Cimutnews.co.id – Jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan sebelum berdirinya Kesultanan Demak, pesantren telah lebih dulu hadir sebagai pusat pendidikan, dakwah, dan pembentukan karakter bangsa. Dari abad ke-15 hingga awal abad ke-20, lembaga-lembaga pesantren tumbuh dan berkembang menjadi benteng moral, spiritual, dan kebudayaan Islam di Nusantara.
Dalam lintasan sejarah panjang itu, Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu di Kebumen, Jawa Tengah, tercatat sebagai pesantren tertua di Indonesia, berdiri sekitar tahun 1475 Masehi. Sementara Pesantren Sidogiri di Pasuruan, Jawa Timur, yang berdiri tahun 1745 M, dikenal sebagai pesantren tertua yang masih aktif hingga kini, dengan sistem pendidikan salaf yang tetap terjaga dan mandiri secara ekonomi.
Artikel ini merangkum sepuluh pesantren tertua di Indonesia berdasarkan kronologi sejarahnya, yang menjadi fondasi lahirnya ribuan pesantren modern di seluruh Nusantara.
- Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu (1475 M)
Lokasi: Somalangu, Sumbersari, Kebumen, Jawa Tengah
Pendiri: Syaikh As-Sayyid Abdul Kahfi Al-Hasani
Didirikan sekitar tahun 1475 M, Pesantren Al-Kahfi Somalangu menjadi saksi awal berkembangnya Islam di pesisir selatan Jawa. Pesantren ini lahir sebelum Kesultanan Demak berdiri, dan menjadi tempat pendidikan pertama yang menerapkan sistem asrama santri di Nusantara. Hingga kini, Somalangu tetap dikenal sebagai simbol dakwah Islam awal di Jawa bagian selatan.
- Pesantren Ampel Denta (1487 M)
Lokasi: Surabaya, Jawa Timur
Pendiri: Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Pesantren ini menjadi pusat kaderisasi Wali Songo, sekaligus cikal bakal lahirnya banyak pesantren besar di Jawa Timur. Santri-santri di sini tak hanya mempelajari ilmu agama, tetapi juga dilatih berdakwah dan berdialog dengan masyarakat Majapahit yang tengah bertransformasi menuju Islam.
- Pesantren Giri Kedaton (1488 M)
Lokasi: Gresik, Jawa Timur
Pendiri: Sunan Giri (Raden Paku / Ainul Yaqin)**
Lebih dari sekadar pesantren, Giri Kedaton merupakan pusat pemerintahan Islam yang dikenal sebagai “universitas Islam pertama di Nusantara.” Dari sini, banyak ulama, mubalig, dan diplomat Islam dikirim ke berbagai daerah seperti Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi untuk menyebarkan ajaran Islam dan memperkuat jaringan dakwah.
- Pesantren Tegalsari (1742 M)
Lokasi: Jetis, Ponorogo
Pendiri: Kyai Ageng Hasan Besari**
Pesantren ini dikenal karena berhasil mengintegrasikan ilmu agama dengan sastra Jawa klasik. Tokoh besar seperti Ranggawarsita dan Pangeran Sambernyawa pernah menimba ilmu di sini. Pada masa Mataram Islam akhir, Tegalsari menjadi oase intelektual di tengah dinamika sosial dan politik Jawa.
- Pesantren Sidogiri (1745 M)
Lokasi: Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur
Pendiri: Sayyid Sulaiman bin Abdul Rahman bin Ahmad bin Yahya**
Sebagai pesantren salaf tertua dan terbesar yang masih aktif hingga kini, Sidogiri dikenal dengan kemandiriannya. Pesantren ini mengelola berbagai unit usaha yang menopang pendidikan tanpa bergantung pada pemerintah. Sistem pengajaran kitab kuningnya tetap terjaga, menjadikannya model pesantren tradisional yang modern dan mandiri.
- Pesantren Buntet (1750 M)
Lokasi: Cirebon, Jawa Barat
Pendiri: KH. Muqoyyim**
Lahir di masa penjajahan Belanda, Pesantren Buntet menjadi basis perlawanan ulama terhadap kolonialisme. Dari pesantren ini pula lahir banyak tokoh Nahdlatul Ulama dan pejuang kemerdekaan. Hingga kini, Buntet tetap menjadi pusat pendidikan Islam yang melahirkan ulama berpengaruh di Jawa Barat.
- Pesantren Tremas (1830 M)
Lokasi: Arjosari, Pacitan, Jawa Timur
Pendiri: KH. Abdul Manan**
Berdiri setelah Perang Diponegoro, Pesantren Tremas melahirkan ulama besar seperti KH. Mahfudz Tremas, ahli hadis yang menjadi guru para ulama di Tanah Suci. Dari Pacitan, Tremas menjadi mercusuar ilmu hadis dan tafsir yang sinarnya menyebar hingga ke Hijaz.
- Pesantren Jamsaren (1840 M)
Lokasi: Surakarta, Jawa Tengah
Pendiri: Kyai Jamsari**
Berada di lingkungan Kesultanan Surakarta, pesantren ini berperan penting sebagai jembatan antara ulama dan kalangan keraton. Jamsaren menjadi pelopor pendidikan Islam formal di wilayah istana dan melahirkan banyak tokoh intelektual yang berpengaruh dalam sejarah Jawa Tengah.
- Pesantren Lirboyo (1910 M)
Lokasi: Kediri, Jawa Timur
Pendiri: KH. Abdul Karim**
Lirboyo menjadi salah satu pesantren besar yang mencetak kader ulama Nahdlatul Ulama. Dengan sistem pengajaran salaf klasik, Lirboyo dikenal karena kedalaman kajian kitab dan keteguhan menjaga tradisi keilmuan Islam. Ribuan santri dari seluruh Indonesia hingga kini menimba ilmu di sini.
- Pesantren Tebuireng (1899 M)
Lokasi: Jombang, Jawa Timur
Pendiri: Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari**
Didirikan di masa kolonial Belanda, Tebuireng menjadi pusat perlawanan intelektual melalui pendidikan. Dari pesantren inilah lahir tokoh besar bangsa seperti KH. Wahid Hasyim, KH. Yusuf Hasyim, hingga Presiden ke-4 RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Pesantren Tebuireng menjadi simbol sinergi antara keislaman dan kebangsaan.
Warisan Abadi Pesantren Nusantara
Dari Somalangu hingga Lirboyo, dari Gresik hingga Cirebon, jejak pesantren menunjukkan betapa kuatnya kontribusi dunia pesantren terhadap pembentukan karakter dan peradaban bangsa.
Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan agama, melainkan penjaga nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan. Dari ruang-ruang sederhana di bilik santri, lahir generasi pejuang, pemimpin, dan ulama yang menerangi Nusantara dengan ilmu dan akhlak.
Penulis : (Tim Red/CN)
Sumber : fb/LIRBOYO republik santri)