Beranda Ekonomi Dosen Unsri Latih Pengrajin Songket Limbang Jaya Go Digital: Dari Tenun Tradisional...

Dosen Unsri Latih Pengrajin Songket Limbang Jaya Go Digital: Dari Tenun Tradisional Menuju Pasar Global

2
0
Tim dosen Universitas Sriwijaya memberikan pelatihan digital marketing kepada para pengrajin songket di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir.

Cimutnews.co.id – Suasana Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, mendadak semarak pada Rabu (22/10/2025). Namun kali ini bukan karena pesta rakyat atau perlombaan, melainkan karena kedatangan tim dosen Universitas Sriwijaya (Unsri) yang membawa misi penting: membantu para pengrajin songket tradisional agar mampu menembus dunia digital.

Selama ini, Desa Limbang Jaya dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan songket paling berpengaruh di Sumatera Selatan. Kain tenun dengan motif khas Palembang ini tak hanya memiliki nilai seni tinggi, tetapi juga menyimpan jejak sejarah dan kebanggaan daerah. Sayangnya, di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan persaingan pasar, produk songket dari Limbang Jaya belum banyak dikenal di tingkat nasional, apalagi internasional.

Mayoritas penjualan masih dilakukan secara konvensional, mengandalkan pembeli dari Palembang dan daerah sekitarnya. “Kami memang kesulitan menjual produk ke luar daerah karena belum paham cara promosi digital,” ujar salah satu pengrajin yang antusias mengikuti kegiatan tersebut.

Dosen Unsri Bawa Angin Segar Digitalisasi

Untuk menjawab tantangan itu, tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari Universitas Sriwijaya turun langsung ke desa. Tim yang dipimpin oleh Dr. Agustina Bidarti bersama anggota Dr. (Cand.) Eka Mulyana, Azqia Wardani, M.Si., dan Dr. Dedi Irwanto, memberikan pelatihan bertema “Digital Marketing untuk Pengrajin Songket”.

Mereka tidak datang sendiri — sepuluh mahasiswa Unsri turut serta membantu pelaksanaan kegiatan di lapangan. Selama pelatihan, para peserta diajarkan berbagai strategi digital marketing mulai dari pembuatan merek (branding), pengemasan produk yang menarik, penentuan harga kompetitif, hingga cara memasarkan produk secara daring menggunakan platform populer seperti WhatsApp Business, Instagram, Shopee, dan Tokopedia.

Dr. Agustina menjelaskan bahwa program ini bukan sekadar kegiatan akademik rutin, melainkan bagian dari upaya nyata Unsri untuk berkontribusi langsung kepada masyarakat, khususnya pelaku UMKM tradisional.

“Kami ingin mengubah pola pikir para pengrajin agar melek digital. Dunia saat ini sudah berubah, dan mereka harus ikut beradaptasi. Selain meningkatkan pendapatan, kami juga ingin menumbuhkan kesetaraan gender dalam ekonomi kreatif,” ujar Dr. Agustina Bidarti.

Pemberdayaan Perempuan di Balik Tenunan Songket

Menariknya, sebagian besar pengrajin songket di Limbang Jaya adalah kaum perempuan, terutama para ibu rumah tangga yang menggantungkan ekonomi keluarga dari hasil menenun. Dalam konteks ini, pelatihan dari Unsri tidak hanya berorientasi ekonomi, tetapi juga bernuansa pemberdayaan perempuan.

Dengan bekal keterampilan digital, para pengrajin kini mulai belajar memotret produk dengan pencahayaan alami, menulis deskripsi yang menarik, hingga mengelola interaksi dengan pelanggan secara daring. “Dulu kami hanya tahu menjual lewat tetangga atau pasar lokal, sekarang kami mulai paham cara posting di media sosial dan marketplace,” tutur salah satu peserta pelatihan dengan penuh semangat.

Harapan Baru untuk Songket Limbang Jaya

Inisiatif digitalisasi ini diharapkan menjadi titik awal transformasi bagi para pengrajin songket Limbang Jaya. Melalui pelatihan tersebut, mereka kini memiliki kemampuan untuk memasarkan produk ke luar daerah bahkan ke mancanegara tanpa harus meninggalkan tradisi menenun yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Tim Unsri menegaskan bahwa kegiatan seperti ini akan terus berlanjut. Dalam waktu dekat, mereka berencana melakukan pendampingan lanjutan dengan melibatkan lebih banyak pengrajin dan memperluas jejaring pemasaran digital.

“Kami ingin Desa Limbang Jaya menjadi contoh sukses bagaimana warisan budaya lokal bisa bertahan dan berkembang melalui teknologi,” ungkap Dr. (Cand.) Eka Mulyana menambahkan.

Upaya tersebut sejalan dengan visi pemerintah dalam mengembangkan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal, sekaligus membuka ruang bagi UMKM tradisional untuk naik kelas.

Kini, di tengah deru alat tenun dan semangat para perempuan Limbang Jaya, lahir harapan baru: songket tradisional yang ditenun dengan cinta, kini siap ditenun pula dengan teknologi. (sandi)