
Brussel, cimutnews.co.id — Setelah lebih dari satu dekade perundingan, Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa akhirnya mencapai fase akhir penyusunan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Kesepakatan perdagangan komprehensif ini menjadi agenda utama dalam kunjungan resmi Presiden RI Prabowo Subianto ke Brussel, Belgia, Sabtu (12/7/2025), didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Dalam keterangannya, Menko Airlangga menegaskan bahwa negosiasi yang telah berlangsung selama 10 tahun dengan lebih dari 19 putaran pembahasan kini berada di tahap finalisasi teknis dan penyusunan jadwal ratifikasi.
“Seluruh isunya akan selesai. Ini milestone besar di tengah ketidakpastian global,” ujar Airlangga dari Brussel.
IEU-CEPA: Lebih dari Sekadar Perjanjian Dagang
IEU-CEPA bukan sekadar perjanjian tarif ekspor-impor. Ini merupakan kerja sama ekonomi menyeluruh yang mencakup perdagangan barang dan jasa, investasi, regulasi teknis, tenaga kerja, lingkungan, hingga hak kekayaan intelektual. Perjanjian ini juga menjadi platform dialog mengenai isu-isu global seperti perubahan iklim, digitalisasi, dan perdagangan berkelanjutan.
Bagi Indonesia, IEU-CEPA akan menjadi pijakan hukum dan strategis untuk membuka akses pasar ke 27 negara anggota Uni Eropa, serta menarik investasi asing berkualitas tinggi. Manfaat konkret dari kesepakatan ini meliputi:
- Penghapusan atau penurunan tarif bea masuk untuk produk unggulan Indonesia
- Kepastian hukum bagi investor asing
- Transfer teknologi dan penguatan kapasitas SDM
- Peningkatan ekspor produk bernilai tambah
“Setelah Indonesia, Malaysia dan Thailand sudah antre. Kita jadi pelopor kerja sama ini,” ujar Airlangga, menekankan posisi strategis Indonesia sebagai anchor ASEAN di mata Uni Eropa.
Lonjakan Perdagangan RI-Uni Eropa
Data perdagangan 2024 menunjukkan peningkatan signifikan dalam hubungan dagang Indonesia-Uni Eropa. Nilai perdagangan mencapai USD30,1 miliar, dengan surplus di pihak Indonesia sebesar USD4,5 miliar—naik dari USD2,5 miliar pada 2023.
Produk ekspor unggulan Indonesia ke Eropa mencakup:
- Minyak kelapa sawit (CPO)
- Tekstil dan produk tekstil
- Peralatan elektronik dan listrik
- Produk perikanan dan kelautan
- Kopi, rempah-rempah, dan hasil perkebunan lainnya
Dampak Strategis dan Tantangan
IEU-CEPA diproyeksikan menjadi katalis reformasi ekonomi nasional. Dengan mengadopsi standar dan regulasi Eropa, Indonesia diperkirakan dapat mempercepat modernisasi birokrasi, memperkuat transparansi kebijakan, dan meningkatkan daya saing nasional. Ini juga memperkuat posisi Indonesia dalam proses keanggotaan di Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
“Indonesia sudah mulai dianggap sebagai like-minded country oleh Eropa,” kata Airlangga.
Meski berada di ujung perundingan, beberapa tantangan masih mengemuka. Di antaranya:
- Regulasi Uni Eropa tentang keberlanjutan dan deforestasi yang berdampak pada ekspor sawit dan kayu
- Standar ketenagakerjaan dan HAM yang tinggi dari Uni Eropa
- Kekhawatiran industri domestik terhadap potensi membanjirnya produk impor
Namun, pendekatan rules-based dan saling menghormati menjadi prinsip utama dalam menjembatani perbedaan.
Menuju Era Baru Perdagangan Global
Jika IEU-CEPA berhasil diratifikasi dalam waktu dekat, Indonesia akan mencetak sejarah sebagai negara ASEAN pertama yang menjalin kemitraan ekonomi komprehensif dengan Uni Eropa.
“Ini bukan akhir, tapi awal dari integrasi ekonomi kita ke pusat-pusat kekuatan global,” pungkas Airlangga.
Langkah strategis ini sekaligus menandai arah kebijakan luar negeri ekonomi Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra dagang global yang kredibel dan progresif. (*)