
Pangkalpinang, cimutnews.co.id – Bangka Belitung (Babel) kian menunjukkan potensinya sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia. Tak hanya menawarkan keindahan alam pantai, pulau-pulau eksotis, dan budaya masyarakat yang ramah, Babel juga memiliki peluang besar dalam mengembangkan desa wisata mandiri. Hal ini menjadi sorotan serius Komisi VII DPR RI saat melakukan kunjungan kerja ke Desa Wisata Pantai Telapak Antu, Pangkalpinang, Senin (9/9/2025).
Anggota Komisi VII DPR RI, Rahmawati, menegaskan bahwa sektor pariwisata Babel harus dikelola dengan serius agar bisa menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat. Menurutnya, keberadaan desa wisata mampu menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan UMKM, serta meningkatkan kesejahteraan warga setempat.
“Kalau wisata itu maju, otomatis masyarakat di sekitarnya juga akan makmur. UMKM bisa tumbuh, mulai dari kuliner hingga penjualan oleh-oleh khas daerah,” ujar Rahmawati, politisi Fraksi Gerindra, saat berbincang dengan Tim Parlementaria.
Infrastruktur Sudah Baik, Lokasi Strategis Dekat Bandara
Dalam tinjauannya, Rahmawati menilai akses menuju Desa Wisata Pantai Telapak Antu sudah cukup memadai. Infrastruktur jalan menuju lokasi wisata dinilai baik dan mudah dijangkau. Letaknya yang strategis, dekat dengan pusat kota dan bandara, menjadi modal penting untuk menarik lebih banyak wisatawan domestik maupun mancanegara.
“Kalau akses sudah bagus dan lokasinya dekat bandara, itu nilai tambah besar. Tinggal bagaimana pengelolaannya supaya wisatawan betah dan mau kembali lagi,” ungkapnya.
Kondisi ini menurutnya menjadi peluang besar untuk menjadikan Desa Wisata Pantai Telapak Antu sebagai salah satu ikon wisata Babel. Dengan dukungan pemerintah pusat, daerah, serta masyarakat, desa wisata bisa tumbuh mandiri dan berkelanjutan.
Kendala Listrik dan Internet Jadi Penghambat
Meski peluang besar terbuka lebar, Rahmawati mengingatkan bahwa masih ada pekerjaan rumah penting yang harus segera diselesaikan, terutama terkait infrastruktur dasar. Ia menyoroti dua kendala utama yang menjadi hambatan, yakni keterbatasan pasokan listrik dan akses internet yang belum merata.
“Listrik dan internet ini kebutuhan dasar yang tidak bisa diabaikan. Apalagi untuk pariwisata di era digital sekarang. Kalau internet lemah, promosi wisata jadi tidak maksimal,” jelas legislator asal Dapil Kalimantan Utara itu.
Menurutnya, promosi digital melalui media sosial, website, hingga aplikasi pariwisata merupakan kunci untuk mengenalkan destinasi wisata desa kepada wisatawan luas. Tanpa dukungan internet yang baik, potensi besar desa wisata bisa terhambat.
Dampak Pertambangan Masih Membayangi
Selain infrastruktur listrik dan internet, Rahmawati juga menyoroti persoalan lingkungan akibat aktivitas pertambangan di Babel. Ia menegaskan bahwa pertambangan yang tidak terkendali dapat merusak ekosistem dan berdampak pada keberlanjutan pariwisata.
“Kita tidak bisa menutup mata, aktivitas tambang di Babel ini cukup masif. Kalau tidak dikelola dengan baik, bisa mengurangi daya tarik wisata karena lingkungan yang rusak,” tegasnya.
Karena itu, ia mendorong adanya regulasi yang lebih tegas dan pengawasan ketat agar kegiatan tambang tidak mengorbankan sektor pariwisata yang sebenarnya bisa memberi dampak ekonomi jangka panjang dan lebih berkelanjutan.
Desa Wisata, Harapan Baru Ekonomi Masyarakat Babel
Bangka Belitung dikenal memiliki deretan pantai indah seperti Parai Tenggiri, Matras, hingga Pantai Telapak Antu yang baru dikembangkan sebagai desa wisata. Potensi ini bisa menjadi tulang punggung perekonomian baru masyarakat setempat, sejalan dengan upaya pemerintah mendorong diversifikasi ekonomi di daerah yang selama ini bergantung pada sektor tambang.
Pengembangan desa wisata mandiri di Babel juga diharapkan mampu menggerakkan sektor lain, mulai dari transportasi, kuliner, kerajinan, hingga homestay. Hal ini bisa menjadi solusi nyata untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekaligus mengurangi ketergantungan pada industri ekstraktif.
Peran Pemerintah dan Kolaborasi Stakeholder
Rahmawati menegaskan bahwa keberhasilan desa wisata Babel tidak bisa dilepaskan dari sinergi berbagai pihak. Pemerintah pusat, daerah, DPR, pelaku usaha, dan masyarakat harus saling mendukung dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan.
“Kami di DPR tentu siap mendorong kebijakan dan anggaran yang berpihak pada pengembangan desa wisata. Tapi tentu harus ada peran aktif dari pemda dan masyarakat juga,” katanya.
Selain infrastruktur, ia menilai pelatihan sumber daya manusia (SDM) di desa wisata sangat penting. Warga perlu dibekali keterampilan dalam pengelolaan homestay, pemandu wisata, hingga digital marketing agar pariwisata benar-benar memberi manfaat maksimal bagi desa.
Babel Menuju Desa Wisata Mandiri
Dengan modal keindahan alam yang luar biasa, ditambah lokasi yang strategis, Babel diyakini mampu menjadi model desa wisata mandiri di Indonesia. Namun, upaya ini tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan penuh infrastruktur dasar dan pengendalian dampak lingkungan.
Komisi VII DPR RI pun berkomitmen untuk terus mengawal aspirasi masyarakat dan memastikan kebutuhan dasar seperti listrik dan internet bisa segera terpenuhi. Dengan begitu, desa wisata di Babel tidak hanya menjadi destinasi populer, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan.













