oleh : Kang Yudi (PC Muhammadiyah Kota Kayuagung)
Sesudah dishalatkan, maka
- Bawalah janazah itu ke pekuburan dengan cepat-cepat (33)
(33) Menurut hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Percepatkanlah janazah. Kalau janazah itu baik kamu telah mendekatkannya (menyegerakan) kepada yang baik, dan kalau ia tidak demikian, maka kamu akan melepaskan yang jelek itu dari bahumu”. (HR. Jama’ah).
- Iringilah ia dengan berjalan di sekelilingnya, dekat padanya, dengan diam (34)
(34) Menurut Riwayat dari Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i, Tirmidzi dan Ibnu Hibban. Tirmidzi dan Ibnu Hibban menshahihkannya dan Hakim menshahihkannya juga serta mengatakan: Menurut syarat Bukhari yaitu hadits Mughirah, bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Orang yang berkendaraan itu di belakang janazah, dan yang berjalan kaki di depannya, dekat dari padanya dari arah kanan kirinya”. Dan menurut bunyi riwayat Ahmad, Nasa’i dan Tirmidzi; “Orang yang berkendaraan itu di belakang janazah dan yang bejalan kaki di mana yang dikehendakinya”. Dan menurut hadits Ibnu ‘Umar, bahwa ia melihat Nabi saw. serta Abu Bakar dan ‘ Umar berjalan di muka janazah. (HR. Lima Ahli Hadits). Lagi menilik hadits: “Sesungguhnya Allah itu menyukai ketenangan pada tiga waktu: waktu pembacaan Al-Qur’an, waktu perang dan waktu ada janazah”. ( HR. Thabrani dari Zaid bin Arqam).
- Janganlah orang wanita pergi mengiringinya (35)
(35) Menilik hadits Ummi ‘Athiyah katanya: “Kami (wanita) dilarang mengikuti janazah meskipun larangan itu tidak diperkeras”. (HR. Bukhari dan Muslim). Dan mengingat haditsnya pula dalam riwayat Thabrani, bahwa Nabi saw. melarang mereka (wanita) keluar mengantarkan janazah.
- Janganlah kamu duduk sehingga janazah itu diletakkan (36)
(36) Karena hadits Abu Sa’id bahwa Rasulullah saw bersabda: “Bilamana kamu melihat janazah maka berdirilah, dan barang siapa mengiringkannya maka jangan sampai duduk sehingga janazah diletakkan”. (HR. Jama’ah kecuali Ibnu Majah).
- Dan apabila kamu melihat janazah, meskipun janazah Yahudi, maka berdirilah sehingga melalui kamu atau diletakkan (37)
(37) Mengingat hadits Abu Sa’id tersebut nomor 36 di atas. Dan mengingat hadits Rabi’ah dari Nabi saw. sabdanya: “Bilamana kamu melihat janazah maka berdirilah sehingga melewati kamu atau diletakkannya”. (HR. Jama’ah). Dan lagi hadits Sahl bin Hunaif dan Qais bin Sa’ad, katanya bahwa Rasulullah saw dilalui janazah, maka beliau berdiri. Maka dikatakan kepada beliau, bahwa itu janazah orang Yahudi. Sahut Beliau: “Bukankah ia itu manusia juga?”. (Ringkasan dari hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim).
- Dan kuburlah mayat itu dalam lubang yang baik dan dalam (38)
(38) Menurut hadits Hisyam bin ‘Amir, katanya: Kami mengadu kepada Rasulullah saw. pada hari Uhud, Kami berkata: ” Ya Rasulallah, membuat liang kubur untuk tiap-tiap orang itu berat bagi kami”. Maka sabda Rasulullah saw.: “Galilah, perdalamkanlah dan kerjakanlah dengan baik … dan seterusnya hadits. (HR. an-Nasa’I dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits yang serupa itu dan dishahihkannya).
- Buatlah baginya galian lahat serta pasanglah di atasnya batu-bata mentah (39) dalam kuburan kaum muslimin (40).
(39) Menilik hadits ‘Amir bin Sa’ad katanya: “Buatlah bagiku liang lahat dan pasanglah di atas kuburku batu bata sebagaimana yang yang diperbuat pada Rasulullah saw.” (HR. Ahmad dan Muslim). (40) Karena hal ini telah berlaku selama tiga abad.
- Masukanlah mayat itu dari arah kaki kubur (41)
(41) Menilik hadits Abu Ishaq, katanya: Al-Harits berpesan supaya ia dishalatkan oleh ‘Abdullah bin Yazid. Lalu ‘Abdullah menshalatkannya kemudian memasukkan janazahnya ke dalam kubur dari arah ke dua kakinyaseraya berkata: “Inilah dari pada Sunnah”. (HR. Abu Dawud dan sanadnya shahih).
- Bacalah ketika meletakkannya dalam kubur: “Bismilla-hi wa ‘ala- millati Rasulilla-h”(42)
(42) Menurut hadits Ibnu ‘Umar Nabi saw. Ibnu ‘Umar berkata: “Adalah Rasulullah bila mayat telah diletakkan dalam kubur, beliau membaca: “Bismilla-hi wa ‘ala- millati Rasu-lilla-h” (HR. Lima Ahli Hadits kecuali an-Nasa’i)
- Tutuplah atas kubur mayat wanita waktu dikuburnya (43)
(43) Menilik hadits Sai’id dalam sunannya, dari Abu Ishak sebagaimana yang tersebut pada nomor 41 di atas dengan tambahan: kemudian berkata: “Gunakanlah kain itu, karena yang demikian itu dikerjakan pada wanita”. Dan hadits Ibnu Abi Syaibah dengan perkataan: “Maka mereka membentangkan kain di atas kuburnya, lalu Abdullah bin Yazid menariknya dengan berkata: ” Dia seorang pria”.
- Turunlah ke dalam kuburnya orang yang tak bersetubuh pada tadi malamnya (44).
(44) Mengingat hadits Anas, katanya: Aku melihat anak perempuan Rasulullah saw. ketika dikubur dan ketika beliau di sisi kuburan itu*) maka aku melihat ke dua mata beliau berlinang-linang, maka sabdanya: “Adalah di antaramu orang yang tidak bercampur tadi malam?” Maka jawab Abu Thalhah: “Saya!” Kemudian beliau bersabda: “Turunlah ke kuburnya! Lalu ia turun ke dalam kuburnya. (HR. Bukhari dan Ahmad).
- Janganlah kamu menguburkan mayat pada waktu matahari terbit kecuali sesudah naik, pada waktu tengah-tengah hari(matahari di arah atas kepala) dan pada waktu hampir terbenam kecuali sesudah terbenam(46)
Mengingat hadits ‘Uqbah bin ‘Amir, yang tersebut pada nomor 32 di atas.
- Janganlah meninggikan kubur lebih dari sejengkal (47)
(47) Menilik hadits Abu Hayyaj Asadi dari ‘Ali ra, katanya: “Aku mengutus kamu, sebagaimana Rasulullah saw. mengutus aku. Jangan kamu membiarkan arca kecuali harus kamu singkirkan dan kuburan yang ditinggikan melainkan kamu ratakanlah”. (HR. Jama’ah kecuali Bukhari dan Ibnu Majah). Dan menilik hadits Sufyan Tammar bahwa ia melihat kubur Rasulullah saw. beronggok. (HR. Bukhari). Lagi menilik hadits Shalih bin Abi Shalih, katanya:“Aku melihat kubur Rasulullah saw. sejengkal atau sekedar sejengkal tingginya”. (HR. Abu Dawud dalam kitabnya Marasil).
- Janganlah kamu buat tembok di atasnya(48)
(48) Menilik hadits Jabir, bahwa Nabi saw, melarang orang menembok kuburan dan duduk di atas kuburan serta melarang mendirikan bangunan di atasnya. (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan an-Nasa’i).
- Buatlah tanda di atasnya dengan batu umpanyanya, pada arah kepalanya (49)
(49) Karena hadits Muthalib bin ‘Abdullah, katanya bahwa ketika ‘Utsman bin Madh’un wafat, janazahnya dibawa keluar dan dikubur, lalu Nabi saw perintahkan kepada seorang laki-laki supaya mangambil batu, tetapi tidak kuat mengangkatnya, lalu Rasulullah mendekatinya dan menyingsingkan ke dua lengannya. Berkata Muthalib: Berkata seseorang yang mengabarkan kepadaku seolah-olah aku melihat ke dua tangan Rasulullah saw yang putih waktu disingsingkannya. Kemudian beliau saw mengangkat batu itu dan meletakkan di arah kepalanya, dengan sabdanya: “Ku memberi tanda kubur saudaraku ini dan aku akan mengubur ahliku yang meninggal di situ juga. (HR. Abu Dawud).
- Taburilah dengan tanah dari arah kepala tiga kali (50)
(50) Menilik hadits Ibnu Majah dan Abu Dawud serta dishahihkannya, dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi saw. menshalatkan janazah, lalu datang pada kubur si mayat, maka menaburkan tanah atasnya dari arah kepalanya tiga kali
- Kalau kamu tiba di kuburan sedang kubur belum selesai digali maka duduklah menghadap qiblat (51)
(51) Menurut hadits Bara’ bin ‘Azib bahwa kami keluar bersama-sama Rasulullah saw. mengantarkan janazah seorang sahabat Anshar, maka sampailah kami ke kubur, padahal belum digali, maka duduklah Rasulullah saw. menghadap qiblat dan akupun duduk juga.*) (HR. Abu Dawud). *) Duduklah tidak di atas kubur mayat tetapi di atas tanah kosong yang belum digunakan mengubur.
- Jangan duduk di atas kuburan (52)
(52) Menilik hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh seorang dari padamu duduk di atas bara api hingga membakar pakaiannya sampai tembus ke kulitnya, lebih baik dari pada duduk duduk di atas kuburan”. (HR. Jama’ah selain Bukhari dan Tirmidzi). Lagi mengingat hadits yang tersebut pada nomor 48 di atas.
- Janganlah berjalan di antara kuburan dengan alas kaki (53)
(53) Mengingat riwayat dari Basyir bin Khashashiyah, bahwa Rasulullah saw. melihat seorang lelaki berjalan dengan terumpah di atas kubur, maka sabda Beliau: “Hai orang berterumpah, lepaskanlah terumpahmu!”. (Hadits ini diriwatkan oleh Abi Syaibah dalam Mushannafnya dan Abu Dawud ath-Thayalisi dan Ahmad dalam musnadnya masing-masing, juga diriwayatkan oleh Empat Ahli Hadits*) kecuali Tirmidzi; begitu juga oleh Hakim dengan katanya bahwa hadits itu sanadnya shahih, hanya BukhariMuslim tidak meriwayatkannya.
- Bila sudah selesai menguburkan maka do’akanlah, mintakan ampun dan ketetapan hati bagi mayat (54)
(54) Menurut hadits Utsman, bahwa Rasulullah saw. bila selesai dari mengubur mayat, berdiri di sisinya seraya bersabda: “Mintakanlah ampun bagi saudaramu dan mohonkanlah ketetapan baginya, karena sekarang ia sedang disoal (ditanya)!”. (HR. Abu Dawud).
HAL MELAWAT
Bilamana kamu mendapat malapetaka maka berdo’alah:
- “Inna- lilla-hi wa inna- ilaihi ra-ji’u-n. Alla-humma ajirni- fi- mushi-bati- wakhluf li- khairan minha”(55)
(55) Menilik firman Allah Ta’ala: “Bilamana mereka mendapat malapetaka, berkatalah: ” Inna- lilla-hi wa inna- ilaihi ra-ji’u-n”, (Sungguh kami kepunyaan Allah dan sungguh kami akan kembali kepada-Nya)”. (QS. Al-Baqarah: 156). menilik hadits Ummi Salamah, bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Kalau seorang hamba terkena malapetaka lalu berdo’a: “Innalilla-hi wa inna- ilaihi ra-ji’u-n. Alla-humma ajirni- fi- mushi-batiwakhluf li- khairan minha”, tentulah Allah memberikan pahala dan ganti kebaikan kepadanya ….. seterusnya hadits. (HR. Ahmad, Muslim dan Ibnu Majah).
- Lawatlah ahli mayat dan anjurilah bersabar (54)
(54) Menurut hadits Usamah bin Zaid, katanya: “Kami sedang dihadapan Nabi saw. maka seorang anak perempuan beliau memanggilnya dan mengabarkannya bahwa seorang anaknya dalam sakaratul maut, maka sabda Nabi saw.: “Kembalilah padanya dan beritahukanlah adalah haknya Allah untuk mengambil dan memberi. Segala sesuatu itu ada batas ketentuannya. Suruhlah ia mengharapkan pahala Tuhan ….. seterusnya hadits. (HR. Bukhari dan Muslim). Dan menilik hadits Anas, bahwa Nabi saw, lewat dekat seorang wanita yang menangis di kuburan, maka sabdanya: “Berbaktilah kamu kepada Allah dan sabarlah! ….. seterusnya hadits. (HR. Jama’ah Ahli Hadits).
- Janganlah kamu meratapi mayat (57)
(57) Menilik hadits Abu Malik Asy’ari,, bahwa Nabi saw. bersabda: “Di tengah-tengah ummatku ada empat hal dari jahiliyah yang belum kereka tinggalkan: 1. Membanggakan kedudukan 2. Mencela keturunan 3. Minta hujan pada bintang 4. meratapi mayat”. Dan bersabda: “wanita yang meratapi mayat bila tidak bertobat sebelum matinya, akan dibangkitkan di hari qiyamat dengan pakaian dari pada getah dan baju dari pada koreng”. (HR. Ahmad dan Muslim).
- menampar pipi, merobek pakaian dan meratap ratapan jahiliyah (58),
(58) Menurut hadits Ibnu mas’ud, bahwa Nabi saw. bersabda: “Bukan golongan kami orang yang menampar pipi dan merobek-robek pakaian serta berteriak-teriak cara jahiliyah”. Dan hadits Abu Bardah, bahwa Abu Musa berkata ketika ia siuman dari pingsannya: “Aku cuci tangan dari mereka sebagaimana halnya Rasulullah saw. cuci tangan; yaitu Rasulullah saw. cuci tangan dari perempuan yang meratapi, mencukur rambutnya dan merobek-robek pakaian( pada waktu kematian)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- tidak mengapa menangisinya (59).
(59) Menilik hadits Jabir, katanya: “Bapakku gugur pada hari perang Uhud, maka aku menangisinya; lalu mereka mencegah aku, padahal Rasulullah saw. tidak mencegah. Begitu juga bibiku menangisi juga, maka sabda Nabi saw.: “Baik pun ‘kau tangisi ataupun tidak, Malaikat selalu menaunginya dengan sayapnya, hingga kamu mengangkatnya”. (Muttafaqun ‘Alaih atau diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
- Buatkanlah makanan bagi kerabat mayat (60)
(60) Menurut hadits Abdullah bin Ja’far, bahwa ketika datang khabar terbunuhnya Ja’far, bersabdalah Nabi saw.: “Buatkanlah makanan bagi kerabat Ja’far, karena mereka sedang dalam kesusahan”. (HR. Lima Ahli Hadits).
- dan janganlah kamu berkumpul di tempat keluarga janazah sesudah dikuburnya di mana mereka membuat makanan bagi kamu (61).
(61) Menilik hadits Jarir bin Abdullah Bajali, katanya: “Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga yang kematian dan mengadakan jamuan sesudah mayat dikubur itu termasuk ratapan (yang dilarang)”. (HR. Ahmad).
ZIARAH KUBUR
Ziarahlah ke kubur,
- Agar kamu ingat akan akhirat (62)
(62) Menurut hadits Abu Hurairah, katanya: “Nabi saw. berziarah ke kubur ibunya lalu menangis dan menyebabkan orang-orang yang ada di sekelilingnya ikut menangis. Maka sabdanya: “Aku memohon idzin kepada Tuhanku agar aku diperkenankan memohon ampun bagi ibuku, maka tidak diidzinkan. Lalu aku mohon idzin untuk berziarah ke kuburnya, maka diidzinkannya. Oleh karena itu ziarahlah ke kubur, sebab hal itu dapat mengingatkan mati”. (HR. Jama’ah Ahli Hadits). Dan menilik hadits Buraidah bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Dahulu aku pernah melarang ziarah kubur, maka telah didzinkan bagi Muhammad berziarah kubur bundanya. Maka berziarahlah kubur, sebab hal itu mengingatkan akhirat”. (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim).
- janganlah mengerjakan disitu sesuatu yang tiada diizinkan oleh dan Rasul-Nya, seperti meminta-minta kepada mayat dan membuatnya perantaraan hubungan kepada Allah (63)
(63) Karena firman Allah Ta’ala: “Dan janganlah memohon kepada selain Allah, yang tiada dapat memanfa’ati dan membahayakan kamu; maka apabila kamu mengerjakan juga, niscayalah kamu tergolong orang-orang yang menganiaya (dhalim) “. (QS Yunus:106) Dan mereka yang mengambil pelindung (penguasa) selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka kecuali agar mereka memperdekatkan kami kepada Allah, dengan sedekat-dekatnya”. (QS. az-Zumar: 3).
- Bila kamu sekalian datang ke kuburan maka ucapkanlah: “Assala-mu ‘alaikum da-ra qaumin mukmini-na wa inna- insya- Alla-hu bikum la-hiqu-n. Alla-humma la- tahrimna- ajrahum wala- taftinna- ba’dahum” (64)
(64) Mengingat hadits Abu Hurairah bahwa Nabi saw. datang ke kuburan, maka beliau ucapkan: ” Assala-mu ‘alaikum da-ra qaumin mukmini-na wa inna- insya- Alla-hu bikum la-hiqu-n.”. (HR. Ahmad, Muslim dan Nasa’i). Dan hadits ‘Aisyah ra. sebagaimana itu, dengan tambahan: “Alla-humma la- tahrimna- ajrahum wala- taftinna- ba’dahum “. (HR. Ahmad).
- Kemudian menghadaplah qiblat (65)
(65) Menilik hadits Bara’ bahwasanya Rasulullah saw. duduk menghadap Qiblat ketika pergi berziarah kubur. (HR. Abu Dawud).
- Lalu berdo’a kepada Allah, memintakan ampun dan ‘afiyat bagi mereka (66)
(66) Mengingat hadits Buraidah, katanya : “adalah Rasulullah saw. mengajar mereka bilamana mereka pergi ke kuburan, agar supaya membaca” Assala-mu ‘alaikum ahlad diya-ri minal Mukmini-na wal Muslimi-n, wa inna- insya-Alla-hu lala-hiqu-n. As alulla-ha lana- wa lakumul ‘a-fiyah”. (HR. Ahmad, Muslim dan Ibnu Majah). Dan menilik hadits ‘Aisyah ra, juga bahwasanya Rasulullah saw pada tiap maalam gilirannya, pergi ke Baqi’ pada akhir malam, dengan ucapannya: ” Assala-mu ‘alaikum da-ra qaumin mukmini-n wa ata-kum ma-tu-‘adu-na ghadan muaj jalu-n, wa inna- insya-Alla-hu bikum la-hiqu-n. Alla-hum maghafir liahli Baqi-‘il Gharqad.” (HR. Muslim). Dan hadits lainnya dari ‘Aisyah r.a. juga, bahwa Rasulullah saw. pergi pada waktu malam ke Baqi’, beliau lama berdo’a, memohon ampun bagi mereka, dengan mengangkat ke dua tangannya tiga kali. (Hadits diringkaskan dan diriwayatkan oleh Muslim).
- Jangan orang perempuan sering berziarah ke kubur (67)
(67) Menurut hadits Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw. melaknati (mengutuk) perempuan-perempuan yang selalu ziarah kubur. (HR. Ahmad, dengan mengingat kalimat zawwarat, dalam shighah mubalaghah, yakni ahli ziarah atau selalu berziarah kubur)