
Di tengah gelombang besar informasi yang bergulir setiap detik di media sosial, satu pertanyaan besar muncul: Apakah literasi masih relevan? Bagi sebagian orang, literasi mungkin masih identik dengan buku-buku di rak, kata-kata dalam halaman sunyi, atau seminar yang sunyi peminat. Tapi tidak untuk generasi hari ini. Bagi mereka, literasi adalah gerakan. Dan kamera adalah senjatanya.
Apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), melalui Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, dengan menyelenggarakan Bimbingan Teknis Lomba Video Konten Literasi, bukan hanya kegiatan seremonial tahunan. Ini adalah deklarasi kultural. Sebuah pernyataan lantang bahwa literasi tak bisa lagi diam. Ia harus hadir dalam bentuk yang bisa diklik, ditonton, dibagikan, bahkan diperbincangkan di kolom komentar. Literasi tidak boleh tertinggal di ruang baca kosong — ia harus hidup dalam algoritma.
Pernyataan Bupati OKI, H. Muchendi Mahzareki, bahwa hari ini kita sedang membangun ruang edukasi, kreativitas, dan pembinaan, bukanlah kalimat normatif belaka. Ini adalah penanda zaman: bahwa pemimpin yang bijak bukan lagi yang hanya menyuruh anak muda untuk membaca, tapi memberi mereka panggung untuk bersuara dan menciptakan makna sendiri.
Redaksi cimutnews.co.id melihat momen ini sebagai titik balik penting. Ketika konten video berdurasi 1–3 menit menjadi sarana penyampaian nilai, maka setiap detik dalam video itu harus dipertimbangkan secara cermat. Di balik karya sederhana itu, ada waktu berpikir yang panjang, diskusi kreatif, perdebatan ide, hingga keletihan mengedit larut malam — semua demi satu tujuan: menyampaikan pesan literasi yang menggerakkan.
Literasi visual dan digital bukan hanya soal efek transisi dan filter. Ia adalah kemampuan mengikat makna lokal dalam narasi global. Ia adalah keberanian untuk mengatakan bahwa kampung halaman punya cerita, bahwa budaya lokal punya nilai yang bisa diangkat sejajar dengan tren dunia. Dan lomba ini, adalah buktinya.
Kami percaya, masa depan literasi tidak lagi milik satu golongan — ia milik semua yang berani bercerita dengan jujur dan bermakna. Baik itu pelajar, santri, petani muda, atau ibu rumah tangga yang diam-diam belajar editing dari tutorial YouTube. Mereka semua adalah bagian dari ekosistem literasi yang hidup.
Cimutnews.co.id mengajak semua pihak — pemerintah, sekolah, komunitas, pelaku UMKM, bahkan keluarga — untuk tidak hanya mengonsumsi konten, tapi mulai mendukung penciptaannya. Karena di balik satu konten edukatif yang viral, ada dampak sosial yang nyata: minat baca yang tumbuh, identitas lokal yang bangkit, hingga peluang ekonomi yang terbuka.
Jika hari ini literasi bisa viral karena disampaikan dengan cara yang tepat, maka mari viralkan yang bernilai, bukan yang sekadar heboh. Mari jadikan Ogan Komering Ilir tidak hanya dikenal karena geografisnya, tetapi juga karena konten cerdas yang lahir dari anak-anak mudanya.
Dan dari ruang bimtek ini, kami yakin, langkah itu telah dimulai.
Tentang Penulis
A. Saepuloh, SP, atau lebih dikenal sebagai Kang Asep, adalah seorang pemerhati literasi, konten kreatif, dan penggerak edukasi digital berbasis lokalitas. Berlatar belakang pendidikan di bidang pertanian, Kang Asep aktif menulis opini, berita, dan naskah dokumenter yang menyoroti pentingnya literasi sebagai fondasi kemajuan masyarakat. Ia juga dikenal sebagai pendamping komunitas literasi di Ogan Komering Ilir dan penggagas konten naratif inspiratif di berbagai platform media sosial. Baginya, menulis adalah cara lain untuk merawat ingatan kolektif dan menghidupkan kembali semangat belajar masyarakat dari kampung hingga dunia maya.
Redaksi cimutnews.co.id
Ogan Komering Ilir, Juli 2025













