

Dalam sebuah tabligh akbar, biasanya jamaah larut dalam doa dan tausiyah. Namun kali ini ada sesuatu yang berbeda. Hadir sosok Prof. Willy, PhD, seorang akademisi, trainer profesional, sekaligus motivator internasional. Bukan sekadar memberi nasihat, ia menyampaikan keresahan yang selama ini juga dirasakan banyak keluarga di Indonesia: pengangguran sarjana.
“Banyak orang tua mengeluh, anaknya sudah kuliah, sudah jadi sarjana, tapi tetap menganggur. Ini bencana sosial yang nyata,” ucapnya.
Kata-kata itu membuat jamaah terdiam. Karena memang benar, banyak pemuda telah berjuang menyelesaikan pendidikan tinggi, namun akhirnya pulang ke rumah dengan gelar di tangan tanpa pekerjaan yang pasti.
Dari Keresahan Jadi Gerakan

Daripada hanya mengkritik, Prof. Willy memilih melahirkan solusi nyata melalui Gerakan Indonesia Anti Nganggur (Gerai Anggur). Gerakan ini tidak sekadar slogan, tapi berisi program nyata: pelatihan keterampilan, pembukaan peluang usaha, hingga inovasi kreatif yang jarang terpikirkan sebelumnya.
Salah satunya adalah ide unik “pulang umroh bisa mendapat pensiun”. Konsep ini menyatukan nilai spiritual dengan manfaat ekonomi jangka panjang. Umroh tidak hanya jadi perjalanan ibadah, tetapi juga jalan menuju masa depan finansial yang lebih aman.
Optimisme yang Menular
Dengan penuh keyakinan, Prof. Willy menegaskan bahwa pengangguran bukanlah takdir yang tidak bisa diubah. Justru dari keterbatasan, harus lahir peluang baru.
“InsyaAllah program ini bisa membantu umat secara luas. Jadi jangan putus asa, tetap semangat, karena Gerakan Anti Nganggur ada untuk kita semua,” tegasnya.
Kalimat itu langsung disambut tepuk tangan jamaah. Banyak anak muda yang hadir pulang dengan wajah penuh semangat, membawa keyakinan baru bahwa di tengah kesulitan, selalu ada jalan keluar jika mau berusaha.
Pelajaran dari Prof. Willy
Bagi saya pribadi, kisah Prof. Willy menjadi cermin penting. Seorang tokoh tidak cukup hanya mengkritik, tapi harus berani memberi solusi. Dari kegelisahan lahirlah gerakan. Dari kepedulian lahirlah program nyata. Dan dari optimisme lahirlah semangat baru.
Gerai Anggur menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari satu langkah kecil: peduli. Kita tidak perlu menunggu jadi profesor atau tokoh besar untuk ikut bergerak. Yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk memulai dan keikhlasan memberi manfaat bagi orang lain.
Cerita inspiratif Prof. Willy bukan sekadar kisah motivasi, tapi juga ajakan untuk kita semua. Ajakan untuk berhenti mengeluh, berhenti menyalahkan keadaan, dan mulai menciptakan solusi.
Kalau satu orang bisa memulai gerakan sebesar Gerai Anggur, maka bayangkan apa jadinya jika lebih banyak orang ikut peduli. Mungkin saat itulah Indonesia benar-benar bebas dari bayang-bayang pengangguran.
Seperti pesan Prof. Willy, “Pengangguran bukan takdir, melainkan tantangan yang harus kita ubah menjadi peluang.”













