
Musi Banyuasin, CimutNews.co.id — Penyelenggaraan Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) XV Sumatera Selatan di Kabupaten Musi Banyuasin berjalan sukses dan meriah. Namun, di balik keberhasilan itu, muncul ketegangan yang menyorot cabang olahraga angkat besi. Perselisihan terkait pengakuan jumlah medali membuat Pengurus Provinsi Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (Pengprov PABSI) Sumsel bersama sembilan Pengurus Cabang (Pengcab) angkat suara menegaskan sikap terhadap Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumsel.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis, Pengprov PABSI menegaskan bahwa seluruh pertandingan cabang olahraga angkat besi sudah dilaksanakan sesuai pedoman resmi yang tertuang dalam Technical Handbook (THB). Dokumen ini menjadi acuan utama dalam menentukan sistem pertandingan, mekanisme penilaian, serta jumlah medali yang diperebutkan.
Medali Harus Diakui Sesuai THB
Menurut pedoman THB, setiap kelas mempertandingkan tiga jenis angkatan — snatch, clean and jerk, dan total angkatan. Dengan total 19 kelas, jumlah medali yang semestinya diakui adalah 57 medali emas, 57 medali perak, dan 57 medali perunggu.
“Format ini bukan hal baru. Pada PORPROV sebelumnya, seperti di OKU Raya 2021 dan Lahat 2023, sistem medali berdasarkan tiga jenis angkatan juga diterapkan dan diakui resmi oleh KONI Sumsel,” jelas Ketua Pengprov PABSI Sumsel.
Pernyataan tersebut didukung penuh oleh sembilan Pengcab PABSI dari Kota Palembang, OKU Selatan, Muba, Muratara, Musi Rawas, Ogan Ilir, Lubuklinggau, Banyuasin, dan Pagar Alam. Mereka menilai tidak ada pelanggaran atau manipulasi data dalam penentuan medali di ajang bergengsi tingkat provinsi ini.
Seluruh Prosedur Resmi Sudah Dijalankan
“Semua tahapan sudah dijalankan mulai dari technical meeting, sosialisasi THB, hingga pertandingan berakhir tanpa satu pun protes dari peserta atau tim official,” tegas Dr. Hendri Zainuddin, SH, MA, salah satu tokoh olahraga Sumsel yang turut menyoroti polemik ini.
Ia menyayangkan munculnya isu terkait dugaan penggelembungan medali setelah seluruh rangkaian pertandingan berakhir. “Kalau memang ada keberatan, seharusnya disampaikan saat pertandingan berlangsung, bukan setelah hasil diumumkan,” tambahnya.
Menurutnya, penyelenggaraan angkat besi di PORPROV XV Sumsel sudah berjalan profesional dan transparan. Para juri dan panitia telah bekerja sesuai standar nasional yang berlaku di bawah pengawasan PABSI Sumsel.
Dukungan untuk Sportivitas dan Transparansi
Sementara itu, sejumlah Pengcab menilai langkah PABSI Sumsel menyampaikan klarifikasi secara terbuka merupakan bentuk tanggung jawab dan transparansi organisasi olahraga. Mereka berharap KONI Sumsel dapat meninjau kembali data perolehan medali dengan mengacu pada aturan resmi dalam THB.
“Yang kami perjuangkan bukan sekadar jumlah medali, tapi keadilan bagi seluruh atlet yang telah berjuang sesuai aturan,” ujar perwakilan Pengcab Muba.
Polemik ini diharapkan tidak mencoreng semangat sportivitas yang menjadi ruh dari penyelenggaraan PORPROV. Para pelaku olahraga berharap KONI Sumsel dapat segera menuntaskan perbedaan data dengan musyawarah dan menjunjung tinggi prinsip kejujuran.
Menjaga Marwah Olahraga Sumsel
Ketegasan PABSI Sumsel dan sembilan Pengcab menjadi sinyal penting bahwa tata kelola olahraga harus dijalankan berdasarkan aturan, bukan kepentingan. Kejelasan mengenai sistem medali tidak hanya berdampak pada hasil pertandingan, tetapi juga pada semangat para atlet yang telah berlatih keras mewakili daerahnya.
Sebagai tuan rumah, Kabupaten Musi Banyuasin berhasil membuktikan diri mampu menyelenggarakan ajang olahraga tingkat provinsi dengan baik. Kini, publik berharap kisruh medali ini segera diselesaikan agar fokus pembinaan atlet tetap terjaga dan prestasi olahraga Sumatera Selatan terus meningkat di masa mendatang. (noto)













