
Pedamaran, Ogan Komering Ilir, cimutnews.co.id – Di tengah hamparan rawa luas yang membentang di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, tersimpan sebuah warisan leluhur yang terus hidup hingga kini. Tikar purun, hasil anyaman dari tanaman rawa bernama purun, bukan sekadar alas duduk. Ia adalah simbol kehidupan, bagian dari tradisi, dan kini menjelma sebagai peluang emas di sektor ekonomi kreatif.
Dari Tradisi ke Warisan Budaya Nasional
Tikar purun telah melekat erat dalam kehidupan masyarakat Sumatera Selatan. Sejak lahir hingga meninggal dunia, masyarakat selalu ditemani anyaman purun. Setiap helai tikar menyimpan kisah, doa, dan kehangatan keluarga. Tradisi ini diwariskan lintas generasi, terutama oleh para ibu rumah tangga, dengan penuh cinta dan kesabaran.(27/9)

Pengakuan atas nilai budaya ini datang pada tahun 2018. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Tikar Purun Pedamaran sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Penetapan ini bukan hanya bentuk penghargaan, melainkan juga pengingat bahwa tradisi ini layak dijaga dan dikembangkan di tengah arus modernisasi.
Pusat Produksi dan Galeri: Rumah Para Pengrajin

Keseriusan masyarakat OKI dalam menjaga warisan ini diwujudkan pada 14 Desember 2021, ketika Pusat Produksi dan Galeri Kerajinan Purun RUDE GEBOL DJUAI resmi diresmikan. Acara tersebut dihadiri oleh Sekretaris Daerah OKI, H. Husin, S.Pd., MM., M.Pd., serta Manager PLN UP3 Ogan Ilir, Lindawati Marpaung, ST., MM.
Di bawah kepemimpinan Ibu Renohati, galeri ini berfungsi bukan hanya sebagai etalase karya, tetapi juga sebagai rumah kreativitas bagi para pengrajin. Melalui wadah ini, mereka dapat menampilkan produk, berinovasi, hingga membuka akses pemasaran yang lebih luas.
Proses Penuh Makna
Menganyam purun bukan pekerjaan biasa. Prosesnya dimulai dari pencabutan tanaman purun liar di rawa-rawa, lalu dijemur, ditumbuk, diwarnai, hingga dianyam dengan teknik tradisional. Motif yang dihasilkan beragam, mulai dari sasag, kepang, hingga zigzag, masing-masing dengan filosofi dan keindahan tersendiri.
Teknik inilah yang menjadikan setiap tikar purun unik, bernilai seni tinggi, sekaligus membawa cerita panjang perjalanan budaya masyarakat Pedamaran.
Dari Tikar Menjadi Produk Bernilai Ekspor
Hari ini, purun tidak hanya berhenti sebagai tikar. Dengan sentuhan kreativitas, bahan alami ini telah menjelma menjadi tas, dompet, dekorasi rumah, hingga furnitur yang diminati pasar. Tren global terhadap produk ramah lingkungan semakin membuka peluang, bahkan hingga ke pasar internasional.
Permintaan terhadap produk berbahan alami kian meningkat, dan purun menjawab kebutuhan itu. Inilah potensi ekonomi kreatif yang sedang dikembangkan oleh masyarakat OKI melalui sektor Industri Kecil dan Menengah (IKM).
Dukungan Pemerintah dan Kolaborasi
Pemerintah Kabupaten OKI melalui Dinas Perindustrian, Koperasi, dan IKM menyiapkan strategi penguatan ekosistem purun. Program yang digulirkan antara lain:
- Pembentukan koperasi pengrajin,
- Inkubasi bisnis,
- Pelatihan desain modern,
- Kolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga riset.
Langkah ini diharapkan mampu mendorong purun sebagai motor penggerak ekonomi kreatif, sekaligus menjaga keberlanjutan tradisi.
Ajakan untuk Berinvestasi
Potensi besar ini tentu membutuhkan dukungan. Mulai dari penguatan produksi, pelatihan keterampilan, digital marketing, hingga akses pasar global, semua memerlukan investasi nyata.
“OKI siap membuka pintu lebar bagi para investor yang ingin tumbuh bersama potensi lokal ini,” tegas pemerintah daerah.
Kesempatan investasi ini tidak hanya menjanjikan keuntungan, tetapi juga memberi kontribusi nyata bagi pemberdayaan masyarakat, khususnya para pengrajin perempuan yang menjadi garda terdepan pelestarian budaya purun.
Purun sebagai Masa Depan
Kini saatnya melihat purun bukan sekadar tradisi. Tikar Purun Pedamaran adalah ikon budaya yang bertransformasi menjadi ikon ekonomi kreatif Indonesia. Dengan sentuhan inovasi, dukungan kebijakan, serta keterlibatan investor, purun dapat menjadi sumber kesejahteraan sekaligus menjaga identitas bangsa.
“Sekarang adalah waktunya. Mari kita bangkitkan kembali kejayaan warisan leluhur, menjadikannya kekuatan ekonomi yang membawa kesejahteraan. Tikar Purun Pedamaran bukan hanya warisan budaya, ia adalah masa depan,” pesan Ibu Renohati, pegiat purun Pedamaran.
Penulis : Asep