
Palembang, cimutnews.co.id – Sumatera Selatan kembali menorehkan langkah penting dalam dunia pendidikan agama. Sebanyak 15 santri terbaik dari berbagai pondok pesantren di Sumsel resmi dipilih untuk mengikuti Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional Tahun 2025 yang akan berlangsung di Pesantren As’adiyah Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan, pada 1–7 Oktober 2025.
Rombongan santri utusan Sumsel ini dijadwalkan berangkat dari Palembang pada Selasa, 30 September 2025, pagi hari, dengan penuh harapan untuk mengharumkan nama daerah di kancah nasional maupun internasional.
Seleksi Ketat Melalui Computer Based Test (CBT)
Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kanwil Kemenag Sumsel, Muhammad Badrut Tamam, menjelaskan bahwa para santri yang terpilih bukanlah peserta sembarangan. Mereka merupakan hasil seleksi ketat melalui sistem Computer Based Test (CBT) yang digelar beberapa waktu lalu.
“Alhamdulillah, Sumsel mengirim 15 santri terbaik yang berasal dari pondok pesantren di Palembang, Banyuasin, Prabumulih, dan Muaraenim. Mereka adalah hasil seleksi yang objektif, transparan, dan benar-benar berdasarkan kemampuan masing-masing,” kata Badrut Tamam dalam keterangan persnya, Sabtu (27/9/2025).
Ia menambahkan, keterlibatan para santri ini menjadi bukti nyata bahwa Sumsel memiliki potensi besar dalam bidang kajian kitab kuning dan ilmu keislaman klasik, yang menjadi ruh utama Musabaqah Qiraatil Kutub.
Pembagian Kategori Lomba
Dalam ajang bergengsi ini, 15 santri Sumsel terbagi dalam dua kategori besar:
- Kategori Wustho (setara Madrasah Tsanawiyah / SMP), diikuti 7 santri. Cabang lomba yang mereka ikuti meliputi nahwu, akhlak, fiqih-ushul fiqih, dan hadist-ilmu hadist.
- Kategori Ulya (setara Madrasah Aliyah / SMA), diikuti 8 santri. Mereka akan tampil pada cabang lomba nahwu, tafsir-ilmu tafsir, tarikh, dan tauhid.
Masing-masing peserta sudah dibekali dengan pendalaman materi, latihan intensif, serta bimbingan langsung dari para ustaz dan pembina yang berpengalaman.
“Pada ajang ini, para santri juga akan didampingi oleh 11 orang ofisial dan pembina, baik dari Kanwil Kemenag Sumsel maupun dari pondok pesantren asal masing-masing peserta. Kehadiran pendamping ini penting untuk memastikan kesiapan dan kenyamanan para santri selama berlaga,” jelas Badrut Tamam.
MQK Internasional: Ajang Bergengsi Pesantren
Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) merupakan ajang kompetisi membaca, memahami, dan mendalami kitab kuning yang sudah menjadi tradisi keilmuan pesantren di Indonesia. Tahun 2025 ini menjadi spesial karena MQK digelar dengan level internasional, menghadirkan peserta dari berbagai negara sahabat yang memiliki tradisi keilmuan Islam yang kuat.
Pesantren As’adiyah Sengkang, Wajo, yang menjadi tuan rumah, merupakan salah satu pesantren tertua dan paling berpengaruh di Indonesia Timur. Tidak heran jika ajang MQK Internasional ini menarik perhatian luas, baik dari kalangan akademisi, tokoh agama, maupun masyarakat umum.
“Ajang MQK bukan sekadar perlombaan. Ini adalah momentum untuk menunjukkan bahwa pesantren masih menjadi pusat peradaban ilmu Islam klasik, sekaligus menjaga tradisi keilmuan yang sudah ratusan tahun diwariskan,” kata Badrut Tamam.
Harapan Besar untuk Santri Sumsel
Pengiriman 15 santri ini tentu membawa harapan besar bagi Sumatera Selatan. Bukan hanya soal prestasi, tetapi juga soal menjaga nama baik daerah dan mengukuhkan pesantren sebagai benteng moral serta pusat pendidikan karakter.
“Kami berharap para santri bukan hanya tampil maksimal, tapi juga menjaga adab, akhlak, dan membawa semangat Sumatera Selatan yang menjunjung tinggi nilai religiusitas, kebersamaan, dan persaudaraan,” tambah Badrut.
Bagi para santri sendiri, kesempatan ini menjadi pengalaman berharga yang akan mereka kenang sepanjang hidup. Berjumpa dengan santri-santri dari seluruh Indonesia, bahkan dari mancanegara, tentu memberikan ruang belajar dan inspirasi baru dalam mengembangkan ilmu agama.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Rombongan santri asal Sumsel ini tidak hanya mendapat dukungan dari Kanwil Kemenag, tetapi juga dari pondok pesantren, orang tua, dan masyarakat. Beberapa pesantren bahkan menggelar doa bersama untuk melepas keberangkatan santri mereka menuju Palembang sebelum kemudian diberangkatkan ke Sulawesi Selatan.
“Doa orang tua, guru, dan masyarakat menjadi energi terbesar bagi para santri. InsyaAllah, dengan niat yang tulus dan usaha yang maksimal, mereka bisa memberikan hasil terbaik,” ujar salah satu pembina pesantren asal Muaraenim.
Momentum Bangkitnya Tradisi Keilmuan
Keikutsertaan Sumsel dalam MQK Internasional 2025 juga dinilai sebagai momentum penting untuk terus menjaga tradisi keilmuan pesantren. Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi, kitab kuning tetap memiliki relevansi sebagai sumber pengetahuan, moral, dan spiritualitas.
“Santri kita tidak hanya dituntut pandai membaca kitab, tetapi juga memahami makna dan relevansinya dengan kehidupan modern. Inilah tantangan sekaligus keunggulan MQK, menjadikan tradisi kitab kuning tetap hidup dan bermanfaat di era digital,” pungkas Badrut.
Optimisme Sambut Prestasi
Dengan segala persiapan yang matang, dukungan penuh dari pemerintah dan pesantren, serta semangat yang tinggi dari para santri, Sumsel optimistis mampu menorehkan prestasi gemilang di MQK Internasional 2025.
Apapun hasilnya nanti, keberangkatan ini sudah menjadi kebanggaan tersendiri bagi Sumatera Selatan, sekaligus bukti nyata bahwa pesantren terus melahirkan generasi berilmu, beradab, dan siap menghadapi tantangan zaman. (Poerba)